Rabu, 23 Maret 2016

MAKALAH MANAJEMEN LAYANAN SI

Nama   : Isham Faris Darari
NPM   : 15114495
Keals   : 2KA34
MAKALAH
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Softskill)



Disusun Oleh :
Anton Fahrizal (11114430)
Fakhri Pratama (1C114795)
Isham Fariz Darari (15114495)
Wymas Wimandanu (1C114338)

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
SISTEM INFORMASI


Section 1
A. Pengantar Manajemen Layanan
            Untuk memahami manajemen layanan. Kita mengenal istilah ITSM (Information Technology Service Management, Manajemen Layanan Teknologi Informasi). Ini adalah sebuah metode pengelolaan sistem teknologi informasi (TI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan TI terhadap bisnis perusahaan. ITSM merupakan kebalikan dari pendekatan manajemen TI dan interaksi bisnis yang terpusat pada teknologi. Istilah ITSM tidak berasal dari suatu organisasi, pengarang, atau pemasok tertentu dan awal penggunaan frasa inipun tidak jelas kapan dimulainya.
ITSM berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti TQM, Six Sigma, Business Process Management, dan CMMI). Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan TI dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.
ITSM ini sangat penting bagi perusahaan karena semakin meningkatnya ketergantungan organisasi perusahaan kepada teknologi informasi untuk mencapai tujuan strategi dan kebutuhan organisasi menjadi salah satu pendorong utama pentingnya IT Service Management (ITSM). Dan juga  manajemen IT yang buruk menimbulkan prasangka dari pihak eksekutif/top management tentang kondisi aktual fungsi dan aktifitas departemen IT. Prasangka ini sering berujung dengan kecurigaan terhadap anggaran, aktifitas, dan produktifitas aktual dari Departemen IT.Salah satu yang menwarkan pendekatan untuk manajemen pelayanan IT atau ITSM ini adalah ITIL (Information Technology Infrastructure Library).
1.     ITIL (Information Technology Infrastructure Library)
ITIL atau Information Technology Infrastructure Library  adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan TI. Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya. ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktik TI penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi TI.
Walaupun dikembangkan sejak dasawarsa 1980-an, penggunaan ITIL baru meluas pada pertengahan 1990-an dengan spesifikasi versi keduanya (ITIL v2) yang paling dikenal dengan dua set bukunya yang berhubungan dengan ITSM (IT Service Management), yaitu Service Delivery (Antar Layanan) dan Service Support (Dukungan Layanan).
Ada lima komponen dari ITIL yaitu :
1.      Service Strategy
2.      Service Design
3.      Service Transition
4.      Service Operation
5.      Continual Service Improvement.

Tujuan ITIL
            Tujuan Information Technology Infrastructure Library (ITIL) adalah untuk menyediakan petunjuk untuk praktek terbaik dalam manajemen layanan teknologi informasi. Ini mencakup pilihan yang dapat diapdopsi dan diadaptasi oleh organisasi berdasarkan kebutuhan bisnisnya, keadaan, dan kedewasaan dari penyedia layanan.
Peran ITIL
1.Process Owner
   Memastikan cocok untuk tujuan.
2.Process Manager
   Monitor dan Prose laporan
3. Service Owner
   Akuntabel untuk pengiriman
4. Service Manager

                Bertanggung jawab untuk inisiasi, transisi dan pemeliharaan.



Section 2
Service Strategy
            Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
Ø  Strategi Generation
Ø  Service Portfolio Management
Ø  Financial Management
Ø  Demand Management
            Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan atau sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
            Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.


Strategi Generation
Terdapat 4 langkah dalam membangun Service Strategy :
 1.      Define the market (Target Pasar)
 2.      Develop the offerings (Usulan)
 3.      Develop Strategic Assets (Menentukan)
 4.      Prepare of execution

Empat Strategi 'P':
1.      Perspektif: visi yang khas
2.      Position: keunikan posisi sebagai dasar untuk berkompetisi
3.      Plan: bagaimana provider layanan akan mencapai visi
4.      Pattern: pola dasar yang berulang dalam decision making, biasanya berdasarkantema pokok‟ atau guiding principles‟ atau kebijakan umum‟.
Manajemen Layanan sebagai Aset Strategis
            Penggunaan ITIL untuk mengubah kemampuan manajemen layanan menjadi aset strategis, dengan menggunakan Manajemen Layanan untuk memberikan dasar bagi kompetensi inti, kinerja khusus dan keuntungan tahan lama, serta meningkatkan potensi penyedia layanan dari:
a. kapabilitas: kemampuan penyedia layanan (dalam hal manajemen, organisasi proses, pengetahuan dan orangorang) untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan menyebarkan sumber daya.
b. sumber daya: masukan langsung untuk memproduksi layanan, misalnya keuangan, modal, infrastruktur, aplikasi, informasi dan orangorang.

Section 3
SERVICE DESIGN

            Service design ini sangat penting karena memastikan rencana-rencana Layanan yang akan disediakan (dalam Service Portfolio)  benar-benar sesuai kebutuhan pengguna, dan mendetailkannya menjadi arsitektur - arsitektur sistem/layanan, proses - proses, laporan, & dokumentasi. Adapun manfaat-manfaat dari service design adalah :
      Menurunkan Total Cost of Ownership (TCO)
      Meningkatkan kualitas layanan
      Meningkatkan konsistensi layanan
      Menimalisir atau bahkan menghindari risk
      Kemudahan monitoring & reviewing kualitas layanan
      Berkontribusi di dalam pencapaian Business Objective

Lima Aspek Utama dalam Service Design
      Solusi layanan baru atau perubahan
      Sistem manajemen layanan dan perangkatnya, khususnya Portfolio Layanan
      Arsitektur teknologi dan sistem manajemen
      Proses, peran dan kemampuan
      Metode pengukuran dan satuan

Tujuan Design Layanan

      Untuk mempertemukan manfaat bisnis yang telah disetujui
      Untuk menunjang sikus layanan IT
      MengidenITfikasi dan mengelola resiko
      Desain keamanan dan kerentanan infrastuktur IT, layanan  lingkungan, arsitektur, kerangka kerja, dan dokumen untuk menunjang desain dari kualitas solusi IT
      Membangun keahlian dan kemampuan IT
      Berkontribusi terhadap keseluruhan peningkatan kualitas layanan IT




Daftar Pustaka :


Senin, 21 Maret 2016

Ilmu Budaya Dasar (Softskill)

"Budaya apa yang mulai hilang di indonesia?"



NAMA      : Isham Faris Darari
NPM        : 15114495
KELAS      : 2 KA 34




BAB  I
PENDAHULUAN


Menurut Trenholm dan JensenPengertian Budaya adalah seperangkat nilai, norma, kepercayaan dan adat-istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang, mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama.
Dalam pandangan Trenholm dan Jensen, pemahaman budaya ini memandu kita untuk mempersepsi dunia, bagaimana kita berpikir mengenai diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain, serta bagaimana kita menetapkan dan mencapai tujuan kita, dan bagaimana kita mempertukarkan pesan.

Pengertian Budaya Menurut Geert Hofstede adalah pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dengan kategori lainnya. Geert menyebutkan bahwa nilai-nilai adalah inti suatu budaya, sedangkan simbol-simbol merupakan manifestasi budaya yang paling dangkal, sementara pahlawan-pahlawan dan ritual-ritual berada di antara lapisan luar dan tercakup dalam praktik-praktik. Unsur unsur budaya ini terlihat oleh pengamat luar, tetapi maknanya tersembunyi dan makna persisnya terdapat dalam penafsiran orang dalam.

Edward T Hall mengatakan bahwa Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Begitu kita mulai berbicara mengenai komunikai, tidak dihindakan kita juga berbicara mengenai budaya. Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, akan tetapi pada gilirannya budaya yang tercipta juga mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan.

Menurut Alfred G Smith, Budaya adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. komunikasi membutuhkan pengkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C Chu mengatakan bahwa setiap pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya.

BAB  II
TEORI

Fungsi Kebudayaan antara lain sebagai berikut 
a. Mempersatukan masyarakat.
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
c. Mendorong terjadinya perubahanmasyarakat.
        Dari ketiga fungsi tersebut. fungsi kebudaayan untuk dapat‘mempersatukan masyarakat’ umumnya makin problematis. Hal itu karena masyarakat sekarang cenderung merupakan masyarakatberagam budaya. Tak Jarang yang terjadi. kebudayaan bukannvamempersatukan masyarakat, tetapi malah memecah belah masyarakat. Karena itu, tantangan masyarakat sekarang adalah bagaimana membuat agar kehudayaan bisa berfungsimempersatukan masyarakat di tengah kondisi keragaman kebudayaan.



BAB  III
ANALISIS


      Bangsa Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan sopan oleh bangsa lain. Sikap saling menghormati, tepo seliro, gotong royong dan suka bermusyawarah kini semakin langka. Sikap bangsa ini sudah mulai berubah, entah karena globalisasi atau modernisasi sehingga kita melupakan budaya asli bangsa sendiri. Perbedaan pendapat, perbedaan suku, perbedaan ras, persoalan sepele terkadang menjadi lahan saling bermusuhan antar penduduk, antar pelajar, dan antar mahasiswa walaupun kita sama satu bangsa Indonesia. Sungguh sebuah ironi di negeri yang katanya orang timur yang ramah dan sopan. Beberapa budaya orang Indonesia kini mulai hilang bahkan nantinya mungkin akan sirna ditelan zaman. Berikut budaya orang Indonesia yang mulai hilang/sirna : Budaya cium tangan kepada orang tua, atau sering disebut juga 'salim'. Cium tangan kepada orang tua merupakan kewajiban anak kepada orang tua saat ingin pergi ke sekolah/berpamitan ke tempat lain. Hal ini penting, untuk menanamkan rasa cinta kepada orangtua, Salim juga sebagai tanda hormat & terima kasih kita kepada mereka. Penggunaan tangan kanan. Di luar negeri mungkin tidak masalah dengan penggunaan tangan baik kanan/kiri, tapi itu bukanlah budaya kita. Kita harus mengajarkan kepada anak kita untuk berjabat tangan, memberikan barang, ataupun makan menggunakan tangan kanan. Budaya senyum & sapa. Dulu citra bangsa Indonesia identik dengan keramah tamahannya & murah senyum. Jangan sampai hilang budaya itu, karena senyum itu ibadah & sapa itu menambah keakraban dengan orang yang ada disekitar kita. Yang terakhir budaya musyawarah & gotong royong. Budaya yang sudah jarang ditemukan khususnya di kota-kota besar semisal Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Saat ini kebanyakan penduduk di kota besar hanya mementingkan egonya masing-masing, dan pura–pura tidak tahu. Cuek saat ada orang lain yang sedang kesusahan, pamer ini itu, dan bahkan suka main hakim sendiri.

sumber : http://www.pengertianpakar.com/ , http://informasiana.com/ , http://www.kompasiana.com/